Thursday, September 1, 2016

penaku mulai menari



Laki Laki Itu
Pure by: Chusnida Anissafira

Saat saat ku terpaku pada bunga bunga itu. ah, Melayang layang seperti aku sebuah parasut yang lepas dari talinya, Tapi bahagia. Kulirik lirik, dan tiap kulirik dia jelas sedang melirikku juga. Entah berapa kali aku meliriknya dan entah apakah jumlah lirikanku dan dia itu sama atau lebih banyak diriku. Haha begini rasanya terpesona. Dan kupikir dia juga terpesona olehku. Ge-er. Yah itulah manusia, ge-er dengan keyakinan itu biasanya benar. Dan biasanya ge-er yang membahagiakan.. haha. inginku terbahak. tapi aku jaim. Iyalah jaim. Di sampingku adalah laki laki bijaksana dan dewasa dengan segala masalah. Laki laki tampan rupawan. yang aku dambakan. ciaaaaa.... tapi benar. memang benar. Aku tidak mau naif.
Cinta begitu menggoda. Duh plak!! cinta ? bukan. Bukan cinta. ah, Tidak mungkin. Dia itu atasanku. Atasan yang terlalu baik dengan bawahannya. haha Itulah anggapanku. Dia memang sangat baik. baiiik sekali. Apalagi dia belum menikah. Perempuan mana yang tidak berusaha merebut hatinya. haha. Tawaku sambil menangis. Bagaimana tidak. Aku menyukainya dalam diamku. Aku memang beruntung. Bukan hanya aku sebenarnya yang beruntung. Di kantor ini ada 2 pegawai yang ia lebih dipedulikan ketimbang pegawai yang lain. dan keberuntunganku disini. 2 pegawai itu adalah aku kinan dan 1 temanku tanti.
Aku bersahabat dengan tanti sudah lama. Bahkan sebelum kami sama sama bekerja di tempat ini. Aku bisa mengerti bagaimana sifat si tanti. Dan bagiku di adalah sahabat terbaikku. Kembali ke laki laki itu. Baik aku kenalkan pada laki laki itu. Dia bernama ivan. Pak ivan biasa kami memanggil. Yah dia memang masih muda berkisar 3-4 tahun diatas usia kami. Tapi kami sangat menghormatinya. Aku kerap kali dibuat cemburu olehnya. ah tapi apalah apalah. Aku bukan siapa siapa. hehehe... Pak ivan perhatian sekali dengan tanti. Bahkan pegawai lainpun sering membicarakannya. ah, Bagaimana mereka bisa sedekat itu. Memang aku termasuk pegawai yang dekat juga dengan pak ivan. Tapi apalah yang membanggakan, Jika kedekatanku dengan alasan aku adalah sekretarisnya.haha lucu.
                Memang sih pak ivan perhatian denganku. Tapi bagaimana bisa aku menilai perhatian itu jika pak ivan juga sangat perhatian dengan si tanti. Kerap aku mencari tau kedekatannya. Tapi gagal. Atau mungkin kedekatannya memang hanya sebatas yang aku tahu saja. Pak ivan sering mengajakku berangkat ke kantor bersama. Tetapi pak ivan juga selalu mengajak tanti pulang bersama, Karena aku dijemput adik sepupuku di kos.
Pak ivan sering menawariku untuk makan siang bersama, Tapi selalu kutolak dan akhirnya pak ivan makan dengan si tanti. ah, Rasanya aku sama dengan si tanti. Tapi mengapa hanya aku dan tanti. Selalu aku dan tanti.
Suatu saat pak ivan sedang bermasalah dengan tanti. Aku mengajak tanti makan siang bersama.
"tanti, apa yang terjadi diantara kamu dan pak ivan??" kataku memulai percakapan. Dalam hatiku, aku mencari kesempatan untuk tau seberapa dekat hubungan mereka.
"pak ivan tidak tau bahwa aku akan segera menikah. sedangkan pak ivan selama ini selalu mengajakku untuk bersama makan atau pun pulang.dan aku akhirnya memberitahunya. beginilah akhirnya. dia mungkin tidak enak hati dengan calon suamiku. dan dia benar benar menyesal. akhirnya dia memberhentikanku" cerita tanti panjang lebar sambil tersedu.
"loh, kok sampai pak ivan memecat kamu ??" mataku terbelalak tanta tidak percaya dengan apa yang terjadi. aku tidak menyangka begini ceritnya.
"mungkin dia menyesal. entahlah"
saat itu aku benar benar berfikir bahwa pak ivan menyukai tanti. pak ivan memecat tanti karena marah dan kecewa bahwa tanti akan segera menikah. mungkin pak ivan patah hati.
                Aku memang menyukai pak ivan. Tapi aku tidak terima sahabatku diperlakukan seperti ini. Dia memecat pegawai dengan alasan pribadi. Aku geram. Seketika emosiku memuncak. Aku ingin menemui pak ivan. Terserah nanti akhirnya si tanti akan kembali di pekerjakan atau tidak. Atau bahkan aku yang akan menyusul tanti untuk diberhentikan jadi pegawai. ah, Yang pasti aku ingin mengeluarkan emosiku padanya. Aku tidak menyangka bahwa laki laki yang selalu aku puji  puji kebaikannya sehari hari punya pemikiran buruk seperti itu. Aku benar benar jengkel. Aku gebrok meja, Dan aku berlalu begitu saja meninggalkan tanti.
"maksud bapak apa ? bapak tau tanti akan segera menikah, lalu bapak memecat tanti. itu maksudnya apa ? bapak memecat tanti  karena alasan pribadi, bapak cemburu dengannya begitu ? hah. atasan macam apa bapak. punya fikiran seperti itu. saya kira bapak itu sebaik yang saya pikirkan. saya kira bapak adalah sosok yang pantas di idam2kan.. dan saya menyesal."
"maaf, maksud kamu apa? saya memberhentikan dia karena saya tidak enak hati dengan calon suaminya. dan selama ini tanti menyembunyikan dari saya. dan tanti menanggapi kebaikan2 saya dengan sangat baik. seperti saya yang menaruh harapan kemudian harapan itu diterima oleh tanti. sedangkan di belakang, tanti banyak bertengkar dengan calon suaminya. tanti tidak pernah mengatakan pada saya.lalu jalan keluar apa yang paling tepat selain memberhentikan dia nan?" pak ivan menjelaskan padaku. dan aku terdiam. memang benar jika kasusnya seperti itu. cara apalagi yang harus dilakukan jika kejadiannya seperti ini. Aku setuju dengan pak ivan. tapi tanti sahabatku. Aku tak tega dia menerima hukuman atas tingkahnya seperti ini. aku hanya bisa terdiam.
"kinan, maaf  jika saya memperlakukan sahabatmu seperti itu. tapi saya benar benar tidak tau harus melakukan apa. jujur saja saya tidak menyukai tanti. Dan apa yang saya lakukan bukan atas pribadi saya. Ini semua demi kebaikan tanti dengan calonnya. Dan maaf maksud kamu menyesal apa ? kamu menyesal mengidam ka n saya ? begitukah ?” jleb...itu jawaban  pak ivan yang membuatku tertegun. Kenapa dia menanyakan itu. Ah. Dalam keadaan begini kenapa dia menanyakan hal itu. Ah, tidak. Keadaan ini hanya aku yang merasakan. Pak ivan tidak merasakannya. Nyatanya pak ivan tenang tenang saja. ah.. aku kenapa ini. Aku sendiri tidak bisa mengartikan perasaan ku sendiri.
“kinan..”pak ivan membangunkanku dalam dialog dialog jiwaku. Aku tak tau ini apa. Tapi aku merasakan aura yang berbeda daripada aura atasan dan pegawainya. Aah... benarkah... emosiku yang membludak seketika surutdan surut rut kering. Marahku berubah menjadi gurun sahara yang dibanjiri air yang entah darimana datangnya. Wajahku mungkin sudah basah kuyup oleh keringat dan bisa dilihat jelas dengan pak ivan jika aku sedikit mendongakkan kepalaku.
“maksud bapak apa bertanya seperti itu ?” aku memberanikan diri bertanya dengan gaya santai, meskipun tak bisa ditutupi bibirku yang telah pucat juga pipiku yang memerah.
“saya ingat benar kapan kamu dan tanti masuk di kantor ini. Bahkan saya masih ingat ketika kalian berdua memohon agar dapat bekerja di kantor ini. Kalian berdua adalah pegawai terbaik saya. Saya tidak pernah mengatakannya. Tapi semua itu saya kira sudah terwakili dengan sikap saya yang peduli dengan kalian berdua. Saya tau seberapa dekat persahabatan kalian. Saya tau bagaimana sifat kalian, saya merasa lebih dari cukup mengenal kalian. Dan andai kamu tau, saya selalu menghindari perasaan ini. Saya selalu menahan perasaan ini. Dan mungkin kali ini sudah saatnya kamu harus tau perasaan saya kepadamu. Saya sudah tidak mau menahannya lagi. Bukan tanti, tapi kamu. Kinan. Maafkan saya.. tapi inilah yang saya rasakan”
Mataku berkaca- kaca. Aku tak tau harus mengatakan apa. Dan di hati ini aku bahagia. Berdebar, dan kakiku bergetar hebat. Aku merasa lunglai. Tapi tak pingsan. Aku ingin mengatakan sesuatu tapi ada yang membungkamku. Aku tidak bisa melakukan apa apa. Dan tiba tiba mataku terpejam, aku merasa terhempas diatas kenyamanan. Ada yang memelukku dan mengatakan padaku,
“kamu akan jadi pendamping hidup saya kinan. Saya tau perasaanmu..”

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

Follow Us @soratemplates

Tidak Untuk Dibaca Orang