Bidadariku...
“eh.. lihat sini.. hahah, kamu tembem
banget ya di foto.. hihi, kaya bakpao nih pipi kamu..” kata pino.. disambut
dengan pini yang manyun nyun..
“ ih, biarin aja.. tembem tembem gini
kamu suka.. hehehe... dari pada kamu tuuh.. kaya anak kecil gitu ih gayanya..
haha jelek ah.. hapus hapus.”
“jangan dong, kan ini buat kenang2an
aku. Sejelek jeleknya aku dan kamu, kita bakal bahagiiia sampai akhir hayat
nanti... malah sukur sukur kita bisa bahagia sampai akhirat nanti pini...” ujar
pino yang berbicara dengan nada supeer serius.
Sore
itu senja memang sangat indah. Seperti biasan biasan cahaya yang sengaja menggoda
kedua insan yang jelas sedang dirundung cinta. Garis garis mega merah yang
senada dengan cahaya kekuningan, sebagai tandanya lingsir matahari menyapa
permukaan wajah wajah ceria nan bersinar pancarnya.. Di samping sendang itu
pula keindahan tergambar dari lengkungan rapih sendang yang ditata dengan batu
sedemikian rupa sehingga cantik kenampakannya.
Di
pinggir situ pula lah pino dan pini duduk diatas motor masing masing yang
mereka kendarai. Menatap mega merah dengan lengkungan artistik sendang yang
menggambarkan cinta yang merekah dari keduanya. Pino sangat menjaga hubungan
mereka. Pino merasakan bahwa Pini adalah pilihan tepat untuk menjadi pendamping
hidupnya.
Pino pini. Terdengar
lucu.. namun nama itu bukanlah nama mereka yang sesungguhnya. Nama itu dipakai
oleh mereka untuk panggilan saja..
No comments:
Post a Comment