Laki Laki Itu
Pure by: Chusnida Anissafira
Pure by: Chusnida Anissafira
Saat saat ku
terpaku pada bunga bunga itu. ah, Melayang layang
seperti aku sebuah parasut yang lepas dari talinya, Tapi
bahagia. Kulirik lirik, dan tiap kulirik dia jelas
sedang melirikku juga. Entah berapa kali aku meliriknya
dan entah apakah jumlah lirikanku dan dia itu sama atau lebih banyak diriku. Haha begini rasanya terpesona. Dan
kupikir dia juga terpesona olehku. Ge-er. Yah
itulah manusia, ge-er dengan keyakinan itu biasanya benar. Dan biasanya ge-er yang membahagiakan.. haha. inginku
terbahak. tapi aku jaim. Iyalah jaim. Di sampingku adalah laki laki bijaksana dan dewasa dengan
segala masalah. Laki laki tampan rupawan. yang aku
dambakan. ciaaaaa.... tapi benar. memang benar. Aku
tidak mau naif.
Cinta begitu
menggoda. Duh plak!! cinta ? bukan. Bukan cinta. ah, Tidak mungkin. Dia itu atasanku. Atasan yang
terlalu baik dengan bawahannya. haha Itulah anggapanku.
Dia memang sangat baik. baiiik sekali. Apalagi dia belum menikah. Perempuan
mana yang tidak berusaha merebut hatinya. haha. Tawaku
sambil menangis. Bagaimana tidak. Aku
menyukainya dalam diamku. Aku memang
beruntung. Bukan hanya aku sebenarnya yang beruntung.
Di kantor ini ada 2 pegawai yang ia lebih dipedulikan
ketimbang pegawai yang lain. dan keberuntunganku disini. 2 pegawai itu adalah
aku kinan dan 1 temanku tanti.
Aku bersahabat
dengan tanti sudah lama. Bahkan sebelum kami sama sama bekerja di tempat ini. Aku
bisa mengerti bagaimana sifat si tanti. Dan bagiku di adalah sahabat terbaikku.
Kembali ke laki laki itu. Baik aku kenalkan pada laki laki itu. Dia bernama
ivan. Pak ivan biasa kami memanggil. Yah dia memang masih muda berkisar 3-4
tahun diatas usia kami. Tapi kami sangat menghormatinya. Aku kerap kali dibuat
cemburu olehnya. ah tapi apalah apalah. Aku bukan siapa siapa. hehehe... Pak
ivan perhatian sekali dengan tanti. Bahkan pegawai lainpun sering
membicarakannya. ah, Bagaimana mereka bisa sedekat itu. Memang aku termasuk
pegawai yang dekat juga dengan pak ivan. Tapi apalah yang membanggakan, Jika
kedekatanku dengan alasan aku adalah sekretarisnya.haha lucu.
Memang
sih pak ivan perhatian denganku. Tapi bagaimana bisa aku menilai perhatian itu
jika pak ivan juga sangat perhatian dengan si tanti. Kerap aku mencari tau
kedekatannya. Tapi gagal. Atau mungkin kedekatannya memang hanya sebatas yang
aku tahu saja. Pak ivan sering mengajakku berangkat ke kantor bersama. Tetapi
pak ivan juga selalu mengajak tanti pulang bersama, Karena aku dijemput adik
sepupuku di kos.
Pak ivan sering
menawariku untuk makan siang bersama, Tapi selalu
kutolak dan akhirnya pak ivan makan dengan si tanti. ah, Rasanya
aku sama dengan si tanti. Tapi mengapa hanya
aku dan tanti. Selalu aku dan tanti.
Suatu saat pak
ivan sedang bermasalah dengan tanti. Aku mengajak tanti
makan siang bersama.
"tanti, apa yang terjadi diantara kamu dan pak ivan??"
kataku memulai percakapan. Dalam hatiku, aku
mencari kesempatan untuk tau seberapa dekat hubungan mereka.
"pak ivan tidak tau bahwa aku akan segera menikah. sedangkan pak
ivan selama ini selalu mengajakku untuk bersama makan atau pun pulang.dan aku
akhirnya memberitahunya. beginilah akhirnya. dia mungkin tidak enak hati dengan
calon suamiku. dan dia benar benar menyesal. akhirnya dia
memberhentikanku" cerita tanti panjang lebar sambil tersedu.
"loh, kok sampai pak ivan memecat kamu ??" mataku terbelalak
tanta tidak percaya dengan apa yang terjadi. aku tidak menyangka begini
ceritnya.
"mungkin dia menyesal. entahlah"
saat itu aku benar benar berfikir bahwa pak ivan menyukai tanti. pak
ivan memecat tanti karena marah dan kecewa bahwa tanti akan segera menikah.
mungkin pak ivan patah hati.
Aku memang menyukai pak
ivan. Tapi aku tidak terima sahabatku diperlakukan seperti ini. Dia memecat
pegawai dengan alasan pribadi. Aku geram. Seketika emosiku memuncak. Aku ingin
menemui pak ivan. Terserah nanti akhirnya si tanti akan kembali di pekerjakan
atau tidak. Atau bahkan aku yang akan menyusul tanti untuk diberhentikan jadi
pegawai. ah, Yang pasti aku ingin mengeluarkan emosiku padanya. Aku tidak
menyangka bahwa laki laki yang selalu aku puji
puji kebaikannya sehari hari punya pemikiran buruk seperti itu. Aku
benar benar jengkel. Aku gebrok meja, Dan aku berlalu begitu saja meninggalkan
tanti.
"maksud bapak apa ? bapak tau tanti akan segera menikah, lalu
bapak memecat tanti. itu maksudnya apa ? bapak memecat tanti karena alasan pribadi, bapak cemburu
dengannya begitu ? hah. atasan macam apa bapak. punya fikiran seperti itu. saya
kira bapak itu sebaik yang saya pikirkan. saya kira bapak adalah sosok yang
pantas di idam2kan.. dan saya menyesal."
"maaf, maksud kamu apa? saya memberhentikan dia karena saya tidak
enak hati dengan calon suaminya. dan selama ini tanti menyembunyikan dari saya.
dan tanti menanggapi kebaikan2 saya dengan sangat baik. seperti saya yang
menaruh harapan kemudian harapan itu diterima oleh tanti. sedangkan di
belakang, tanti banyak bertengkar dengan calon suaminya. tanti tidak pernah
mengatakan pada saya.lalu jalan keluar apa yang paling tepat selain
memberhentikan dia nan?" pak ivan menjelaskan padaku. dan aku terdiam. memang
benar jika kasusnya seperti itu. cara apalagi yang harus dilakukan jika
kejadiannya seperti ini. Aku setuju dengan
pak ivan. tapi tanti sahabatku. Aku tak tega dia
menerima hukuman atas tingkahnya seperti ini. aku hanya bisa terdiam.
"kinan, maaf jika saya
memperlakukan sahabatmu seperti itu. tapi saya benar benar tidak tau harus
melakukan apa. jujur saja saya tidak menyukai tanti. Dan apa yang saya lakukan bukan atas pribadi saya. Ini semua demi
kebaikan tanti dengan calonnya. Dan maaf maksud kamu menyesal apa ? kamu
menyesal mengidam ka n saya ? begitukah ?” jleb...itu jawaban pak ivan yang membuatku tertegun. Kenapa dia
menanyakan itu. Ah. Dalam keadaan begini kenapa dia menanyakan hal itu. Ah,
tidak. Keadaan ini hanya aku yang merasakan. Pak ivan tidak merasakannya.
Nyatanya pak ivan tenang tenang saja. ah.. aku kenapa ini. Aku sendiri tidak
bisa mengartikan perasaan ku sendiri.
“kinan..”pak ivan membangunkanku
dalam dialog dialog jiwaku. Aku tak tau ini apa. Tapi aku merasakan aura yang
berbeda daripada aura atasan dan pegawainya. Aah... benarkah... emosiku yang
membludak seketika surutdan surut rut kering. Marahku berubah menjadi gurun
sahara yang dibanjiri air yang entah darimana datangnya. Wajahku mungkin sudah
basah kuyup oleh keringat dan bisa dilihat jelas dengan pak ivan jika aku
sedikit mendongakkan kepalaku.
“maksud bapak apa bertanya seperti
itu ?” aku memberanikan diri bertanya dengan gaya santai, meskipun tak bisa
ditutupi bibirku yang telah pucat juga pipiku yang memerah.
“saya ingat benar kapan kamu dan
tanti masuk di kantor ini. Bahkan saya masih ingat ketika kalian berdua memohon
agar dapat bekerja di kantor ini. Kalian berdua adalah pegawai terbaik saya.
Saya tidak pernah mengatakannya. Tapi semua itu saya kira sudah terwakili dengan
sikap saya yang peduli dengan kalian berdua. Saya tau seberapa dekat
persahabatan kalian. Saya tau bagaimana sifat kalian, saya merasa lebih dari
cukup mengenal kalian. Dan andai kamu tau, saya selalu menghindari perasaan
ini. Saya selalu menahan perasaan ini. Dan mungkin kali ini sudah saatnya kamu
harus tau perasaan saya kepadamu. Saya sudah tidak mau menahannya lagi. Bukan
tanti, tapi kamu. Kinan. Maafkan saya.. tapi inilah yang saya rasakan”
Mataku berkaca- kaca. Aku tak tau
harus mengatakan apa. Dan di hati ini aku bahagia. Berdebar, dan kakiku
bergetar hebat. Aku merasa lunglai. Tapi tak pingsan. Aku ingin mengatakan
sesuatu tapi ada yang membungkamku. Aku tidak bisa melakukan apa apa. Dan tiba
tiba mataku terpejam, aku merasa terhempas diatas kenyamanan. Ada yang
memelukku dan mengatakan padaku,
“kamu akan jadi pendamping hidup saya
kinan. Saya tau perasaanmu..”
No comments:
Post a Comment