Belajar
Demokrasi dari PPDH
Indonesia yang terkenal dengan sebutan
bhineka tunggal ika atau Jamrud khatulistiwa. Negara besar yang sudah lama
belajar demokrasi, namun setelah hampir puluhan tahun merdeka, belum tampak
cita-cita kemerdekaan yang sebenarnya, partai politik yg harusnya menjadi
tombak utama pengkaderan calon-calon pemimpin yang baik, toh nyatanya belum
memberikan solusi bagi negeri ini. Sampai hari ini, korupsi setelah menjabat,
perebutan kekuasaan dan penjegalan satu sama lainnya biasa kita saksikan setiap
harinya. Lalu pertanyaan kita. Kapan mereka bekerja untuk negeri ini?
Pertanyaan yang mungkin takkan pernah ada yang menjawabnya.
Namun hari ini kita belajar banyak dari
demokrasi di pon-pes Darul hikmah, setelah hampir satu bulan hiruk pikuk pesta
demokrasi berjalan, mulai dari penjaringan calon ketua OSDH secara demokrasi
terpimpin, hingga terpilih 4 calon santri terbaik sebagai bakal calon. Dimulai
dari masa kampanye serta penyampaian visi dan misi, hingga debat terbuka para
calon ketua kandidat, semua berjalan secara demokratis tanpa ada kecurangan
sedikit pun.
Hingga tiba waktu pencoblosan yang
menghasilkan perolehan suara yang berbeda, dan tersisalah dua calon kandidat
kuat yang akan melaju sampai putaran kedua yaitu Imam Wahyu Bromo asal Jakarta dan Intan Ade
Purnama asal Jambi, dengan perolehan 26 suara untuk Imam, dan 40 suara untuk intan,
namun hasil pada putaran pertama sungguh belum bisa mencerminkan siapa yang
bakal menang, dikarenakan bergabungnya partai no 1 dan no 2 untuk berkoalisi
dengan calon no 3. Nyaris tampak koalisi yang gendut terjadi pada calon no 3,
yang menyebabkan calon no 4 tanpa koalisi dan berdiri secara independen. Pertanyaannya
apakah koalisi gendut ini mampu menjaring suara besar untuk calon no 3???
Lagi-lagi jawabannya belum tentu, semua akan di tentukan pada malam pencoblosan
putaran 2 yang jatuh pada tgl 28 Januari 2016 malam jumat.
Dari
semua rangkaian pemilu di Darul Hikmah, sudah sepantasnya Indonesia belajar
dari demokrasi ini. Dimana politik
kejujuran, politik tanggung jawab dan
saling menghormati antar kandidat dengan mengedepankan kepentingan kemajuan
Pondok Darul Hikmah. Maka sampai hari ini tim KPKO (Komisi pemilihan Ketua
OSDH) tidak menemui kecurangan satu pun. Bahkan politik dinamis yang berasas
kan al Qur’an dan hadits menjadi acuan berpolitik masing2 calon kandidat,
lagi-lagi Indonesia harusnya belajar demokrasi dari Pondok Pesantren Darul Hikmah.
Salam Demokrasi...!! (Sahlan)